Hungary, Kota Wisata di Eropa Timur

Ahad, 19 Agustus 2007, saya berangkat ke Budapest, negeri yang belum pernah saya kunjungi sama sekali sebelumnya, bahkan memimpikannya pun belum pernah, mengingat jarak yang begitu jauh dari Jakarta, kurang lebih 15 jam 35 menit perjalanan jika tidak dihitung dengan waktu menunggu selama transit. Perjalanan ke Budapest bisa melalui banyak jalur sesuai dengan skenario maskapai yang dipilih, namun skenario Lufthansa sepertinya adalah salah satu skenario yang paling sederhana, dimana hanya transit 2 (dua) kali, di Singapore dan Frankfurt.
Perjalanan dimulai dari Jakarta (Gate 2D Soekarno Hatta, 190807, 18.50 WIB, Lufthansa Airways LH 779) menuju Singapore (190807, 21.35, 1 jam 45 menit perjalanan), dan untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Frankfurt (190807, 23.05, pesawat yang sama) setelah menunggu kurang lebih 1,5 jam di Changi Airport dan tiba di Bandara Frankfurt, Jerman (200807, 05.25) setelah mengarungi perjalanan selama 12 jam 20 menit yang cukup membosankan. Setelah menunggu 2 jam 15 menit di bandara Frankfurt, maka tepat pukul 07.40 menggunakan Lufthansa Airways LH3440 saya melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir yaitu Budapest, selama 1,5 jam dan tiba di tujuan pukul 09.10 pagi.
Begitu tiba di bandara, suasana dengan kelembaban yang rendah dibandingkan Indonesia yang hampir mencapai 100% ini, membuat perbedaan yang amat mendasar dengan lingkungan baru yang saya rasakan. Beruntung, kolega kami di sana telah menunggu di pintu airport, dan kemudian segera mengantarkan kami dengan taksi ke apartemen dimana kami akan tinggal selama 25 hari di Budapest, sebuah negeri yang luas wilayahnya hanya sebanding kabupaten Kutai, Kalimantan Timur ini (tepatnya 93.090 km2).
Dalam kesempatan ini, saya hendak membagi beberapa kebaikan yang dapat saya kumpulkan sementara, yang kemungkinan bermanfaat buat kita bersama.
Tatanan Kota
Hungary, yang sempat dikuasai Turki antara tahun 1526 – 1686 ini, memiliki tatanan kota yang benar-benar memperlihatkan keseriusan pemerintahnya di dalam menata sebuah kawasan terpadu yang memadukan semua nilai positif ke dalam sebuah area yang menjadi tempat wisata yang sedap dipandang mata. Hungary memiliki ibu kota yang bernama Budapest, yang merupakan perpaduan antara wilayah Buda dan Pest yang dipisahkan oleh Sungai Danube (Duna), yang terkenal sebagai sungai terpanjang dalam Kesatuan Eropa, dan terpanjang kedua setelah Sungai Volga.
Di negeri yang dahulu sangat kuat faham komunisnya ini, dimana Kerajaan Komunis baru tumbang pada tahun 1989 seiring dengan kejatuhan Uni Soviet, tidak terlihat gedung-gedung yang tinggi di atas 10 lantai, khususnya di area Budapest. Salah satu alasannya adalah untuk mempertahankan citra bangunan bersejarah dan berarsitektur tinggi khas Eropa, sehingga mampu menarik minat wisatawan manca negara untuk datang ke negeri yang sedang mulai berkembang ini.
Di kota-kota Buda dan Pest juga tidak ditemukan selokan, karena saluran air telah disiapkan dengan matang di bawah jalan. Kita juga dapat minum air yang disalurkan ke apartemen-apartemen langsung dari kran air, berikut kita dapat dengan mudah menikmati aliran gas untuk memasak yang langsung ke dapur apartemen.
Tempat wisata di Hungary sangat dihormati dan dikelola dengan sangat-sangat baik, meskipun sebenarnya sangat sederhana jika dibandingkan dengan Indonesia. Sekecil apapun tempat wisata akan dibuat semenarik mungkin sehingga memaksa ketertarikan para wisatawan untuk melangkahkan kakinya ke sana. Satu contoh, sebuah tempat wisata di Visegrad, yang merupakan tempat wisata bagi mereka yang ingin merasakan udara gunung, sebenarnya tidak ada yang dilihat, bahkan air terjun yang mereka katakan, sebenarnya hanyalah aliran air kecil saja. Namun meski jalan ke sana cukup jauh, disana kita dapat menikmati kereta api terbuka untuk mencapai puncak, untuk kemudian setelah di puncak, pengunjung hanya dapat berjalan kaki sepanjan 3 – 4 km turun ke bawah lagi, dan di bawah menikmati ikan tawar.
Tempat pembuangan sampah terdapat di jalan-jalan kota dengan wadah yang telah membedakan antara sampah kertas, gelas, dan plastik.
Transportasi
Berbicara tentang transportasi, sepertinya Hungary sangat memanjakan warganya dengan beragam pilihan transportasi mulai dari kereta api bawah tanah, kereta api paling bawah tanah, kereta listrik kota, kereta listrik sepanjang sungai, dan bis listrik kota. Setiap pemakai harus membeli tiket dahulu sebelum menaiki kendaraan, dan secara berkala dilakukan sidak atau pengecekan oleh petugas. Yang membuat saya secara pribadi salut adalah kepatuhan setiap pengguna kendaraan, dimana tidak ada yang tidak membaca karcis, meskipun belum tentu diperiksa oleh petugas, dan secara sadar diri melakukan pencatatan kartu di mesin yang terpasang di dalam bis, tanpa harus diingatkan. Kedua, saya melihat bagaimana para petugas transportasi tidak terlalu ketat dalam tugasnya, dalam arti mengizinkan para tuna wisma yang menjadi gelandangan untuk tidak wajib membeli tiket untuk menggunakan transportasi ini.
Transportasi umum disini, juga tidak menggunakan bahan bakar fosil secara langsung, akan tetapi memanfaatkan jaringan listrik terpasang, dengan batere sebagai backup-nya. Waktu sangat dihormati, dan tidak pernah ditemukan sarana transportasi transit untuk beberapa lama hanya untuk menunggu penumpang, akan tetapi memiliki standar berhenti yang tetap. Yang lebih memudahkan adalah, tersedianya panduan peta jalan berikut panduan transportasi yang sangat jelas, sehingga pemula sekalipun dapat berkeliling Hungary dengan mudah hanya berpedoman pada selembar peta.
Menggunakan taksi tidak boleh sembarangan, dan tidak dianjurkan untuk memberhentikan taksi yang sedang berjalan dimanapun kita berada. Akan tetapi, dianjurkan untuk menelfon perusahaan taksi terkenal untuk menjemput kita. Dengan ragam mobil yang berbeda-beda, maka kita juga bisa memilih taksi dengan jok untuk 6 orang, sehingga bisa lebih hemat.
Pelayanan Pemerintah
Pajak di negeri ini cukup tinggi sekali sekitar 60% dari pendapatan per bulan. Namun, berobat di negeri ini sangat murah, sekitar Rp 15rb untuk sekali konsultasi dan Rp 30rb untuk rawat inap. Bagi wanita hamil pun sangat dilayani, dimana kita tinggal menelfon rumah sakit, dan mereka akan menawarkan kapan mau melahirkan dan kapan mau dijemput. Setelah melahirkan, petugas dari dokter akan dengan rutin mendatangi rumah untuk imunisasi selama 6 bulan pertama tanpa berharap mendapatkan imbalan, dan setelah 6 bulan dianjurkan untuk mendatangi dokter terdekat.
Nuansa Spiritual
Mayoritas penduduk Hungary adalah Kristen, khususnya Katolik Roma yang mencapai lebih dari separuh penduduknya. Adapun Islam sangat sedikit sekali, meski negeri ini pernah dikuasai Kesultanan Turki sebelumnya, dan meski saat ini sangat banyak sekali rumah makan Torook (Turki) yang menjadi label bagi makanan halal di Hungari. Mencari masjid di negeri ini, cukup sulit. Ada masjid yang hanya buka pada saat Jum’at saja, dan ada yang menyewa sebuah lokasi untuk dibuka sebagai masjid setiap waktu, dengan imam-imam dari Yaman, Afghan, dan lainnya. Kaum muda Turki, banyak yang belajar bahasa di Bosnia, dan kemudian melanjutkan pendidikan tingkat universitas di Hungary.
Meski Katolik adalah agama terbesar di Hungary, dari beberapa kenalan dan kolega saya, saya simpulkan bahwa minimal dua generasi telah menjadikan Katolik sekedar simbol belaka, karena dua generasi terakhir ini tidak lagi sebagai generasi yang ta’at beribadah ala Katolik, pun tidak mengajarkan anaknya untuk dekat dengan gereja, sehingga berdiskusi tentang agama dengan mereka sangat menarik dan cukup terbuka. Tanpa tuntunan agama, maka menjadi hal yang lumrah melihat perilaku anak muda disini yang sangat bebas dan sex bebas adalah hal yang dilegalkan dengan berbagai fasilitasnya, seperti sex shop dan pameran sex interaktif. Namun yang menarik, populasinya menurun akhir-akhir ini seiring dengan banyaknya kaum muda yang lebih suka tinggal serumah daripada menikah dan berkeluarga. Gereja-gereja seringkali kosong dan menjadi sekedar tempat wisata saja, atau tempat ibadah bagi orang-orang tua saja.
Adapun makanan menjadi hal yang menarik disini, karena begitu banyak ragamnya, dan kalau kita makan di sebuah rumah makan, maka kita harus siap dengan hidangan pembuka, inti, dan penutup yang cukup berlebihan menurut kebiasaan kita di Indonesia. Tidak heran jika banyak ditemukan penduduk yang kelebihan berat badan, sekaligus angka perokok yang tinggi baik, apalagi di kalangan wanita yang mencapai 50 persen lebih.
Penduduk Hungary termasuk yang sangat menaati aturan lalu lintas. Jarang sekali terdengar klakson mobil yang berbunyi, kecuali sekali saja saya pernah dengar di saat musim hujan. Pada suatu ketika, mobil kolega yang saya tumpangi diberikan jalan oleh mobil lain untuk mendahului menggunakan jalan, dan dengan segera, mobil kami percepat jalannya. Alasan dari pengendara mobil adalah rasa tidak enak bagi yang telah memberikan jalan, khawatir menunggu terlalu lama.

sumber : wido

0 Response to "Hungary, Kota Wisata di Eropa Timur"

Post a Comment