'The Extraordinary Adventure of Adele Blanc-Sec': Petualangan Melawan Kematian

Jakarta - Kematian, bagi Espérandieu dan Adele adalah lawan yang harus ditundukkan. Tubuh boleh mati, tapi jiwa abadi. Kepercayaan Socratesian seperti inilah yang menjadi tema utama film Luc Besson, 'The Extraordinary Adventure of Adele Blanc-Sec'.

Di antara sutradara-sutradara Prancis masa kini, nama Luc Besson merupakan salah satu sutradara dan penulis cerita paling menonjol, terutama dalam genre film komersial. Film-filmnya macam 'Taxi' (1998, disutradarai Gérard Pirès), dan 'Arthur and the Invisibles' (2006) berhasil dipasarkan di negara-negara di luar Prancis.

Sebagai sutradara, Luc Besson bukan hanya mengambil dan menggunakan cerita-cerita yang lebih bisa dipahami penonton umum di luar Perancis, namun juga menggunakan teknologi digital serta estetika komersial (macam editing yang sangat cepat) untuk mengemas film-filmnya.

Film 'The Extraordinary Adventure of Adele Blanc Sec' menggunakan pendekatan yang serupa. Kisah dalam film ini terjadi pada 1912. Adele Blanc-Sec, seorang wartawati muda pemberani, melakukan petualangan ke Mesir untuk mengambil mumi dokter pribadi Raja Ramesses II (raja Mesir yang berkuasa pada 1279-1213 sebelum Masehi). Ia bermaksud membangkitkan kembali jasad sang dokter untuk menyembuhkan adiknya, Agathe yang terbujur koma di apartemen mereka di Paris.

Sementara di Paris terjadi kepanikan luar biasa! Sebuah telur Pterodactyl berusia 136 juta tahun yang berada di museum sejarah alam menetas secara misterius. Makhluk bersayap bagai burung dengan mulut seperti tiranosaurus itu pun keluar dan mulai meneror kota. Presiden pun memerintahkan Menteri Dalam Negeri, Walikota hingga Polisi untuk menyelidiki makhluk mengerikan tersebut. Dalam usaha terakhir untuk menangkap sang Pterodactyl, seorang pemburu professional dari Afrika, Justin de Saint-Hubert diturunkan.

Huru-hara menetasnya telur Pterodactyl tersebut terjadi karena usaha Marie-Joseph Espérandieu, seorang ilmuwan Egyptologi (ahli Mesir) yang memiliki wajah mengerikan. Bersama Adele, ia berusaha mengembangkan sebuah metode untuk membangkitkan orang-orang dan makhluk-makhluk yang telah mati. Berpaku pada ajaran Socrates tentang keterpisahan badan dan jiwa, si dokter mempersiapkan diri untuk membangkitkan dokter pribadi Raja Ramses II untuk menyembuhkan Agathe.

Usaha mereka diketahui oleh pemerintah sehingga si Espérandieu pun ditangkap. Namun tidak ada yang dapat menghalangi Adele Blanc-Sec, wanita yang berhasil mengungkap banyak petualangan dengan cara yang mengejutkan. Dengan berbagai cara ia mencoba membebaskan Espérandieu dari hukuman mati.

Di plot lain, seorang ilmuwan muda yang bekerja di Jardin des Plantes, Andrej Zborowski tergila-gila pada Adele. Andrej-lah yang akhirnya bisa 'menundukkan' sang Pterodactyl dan membantu secara tidak langsung usaha Adele dan Espérandieu melawan keabadian.

Cerita film ini diambil dari komik dengan judul yang sama karya Jacques Tardi. Menghadirkan bintang penting Perancis macam Mathieu Amalric dan Louise Bourgoin, Besson berpaku pada multiplot yang membingungkan. Besson gemar menggunakan jump cut untuk menghubungan adegan satu ke adegan lain dan dari karakter satu ke karakter lain sehingga banyak karakter yang hadir di film disajikan secara setengah-setengah.

Adele sendiri tampak seperti perempuan Paris pada umumnya: cerdas, sarkastik, cepat dan tangkas bertindak, serta congkak. Namun seluruh potensi karakter Adele ini hanya berakhir dalam sebuah kisah rasa bersalah yang berlebihan. Kehadiran Andrej dan karakter-karakter lain seperti Inspektur Albert Caponi pun hanya tampak sebagai pelengkap.

Namun demikian, film ini sangat luar biasa dalam hal desain produksi, tata artistik dan terutama kostum. Berkat warisan dan arsitektur kota Paris yang masih terjaga hingga sekarang, film ini berhasil memberikan atmosfer serta suasana kota Paris di awal abad ke- 20. Penggunaan teknologi digital dan efek khusus pun membuat kualitas visual film ini tidak kalah dengan film-film Hollywood pada umumnya. Sayangnya, keindahan film ini dicemari oleh cerita yang terkesan agak memaksakan dan tidak jelas arahnya.

Persoalan lain adalah bahasa. Film ini disulihsuarakan dalam bahasa Inggris –dengan pertimbangan perluasan pasar. Meski telah berusaha sekuat mungkin untuk tidak mengurangi ‘sinisme’ dan ‘orisinalitas’ ekspresi bahasa Prancis, sulih suara ke dalam bahasa Inggris sedikit banyak menghilangkan kekayaan ekpresi bahasa Prancis yang menjadi ciri penting film-film Prancis.


Veronika Kusumaryati, belajar di Departemen Kajian Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. Ia salah seorang pendiri Klub Kajian Film IKJ. Kini bekerja sebagai kurator film.

sumber : detikhot

0 Response to "'The Extraordinary Adventure of Adele Blanc-Sec': Petualangan Melawan Kematian"

Post a Comment