Warkop DKI Luncurkan Buku 'Main-main Jadi Bukan Main'

Jakarta Siapa yang tak kenal grup lawak Warkop DKI yang terdiri dari Dono, Kasino dan Indro. Kini sebuah buku yang membahas perjalanan Warkop berjudul 'Main-main Jadi Bukan Main' siap meluncur ke pasaran. Penasaran?

Indro satu-satunya personel Warkop tersisa mengungkapkan kebahagiaannya karena akhirnya buku 'Main-main Jadi Bukan Main' selesai digarap. Berikut petikan wawancara dengan Indro saat ditemui di acara peluncuran buku tersebut di auditorium Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (10/11/2010):

Buku ini tentang apa?
Buku mengenai perjalanan Warkop secara garis besar dilihat dari beberapa kacamata teman-teman. Ada yang pendekatannya dari politik, musik, dan bagaimana Warkop menginspirasi generasi berikutnya.

Baru terpikirkan sekarang?

Sebenarnya terpikirkannya sudah lama, tapi jujur aja kesibukan saya itu. Buku ini akan menjadi objektif apabila benang merahnya dari orang yang tahu Warkop dari awal sampai akhir. Satu-satunya orang yang boleh menulis itu dan tahu persis keadaan itu adalah Rudy Badil. Kemarin-kemarin dia sibuk banget. Baru tahun kemarin bisa jalanin buku ini.

Seberapa besar peran Rudy Badil?
Di kehidupan sekarang, saya manggil dia babe. Menurut saya, dia pengatur waktunya, dia juga yang mengatur konsepnya waktu mau siaran. Dia yang marah-marah juga.

Jadi sebetulnya kita pengen ngomong bahwa orang yang menyaksikan lawakan yang intelek juga itu sebenarnya ada bahannya. Misalnya menyindir hal-hal politik yang kemudian menjadi intelek, itu mempunyai konsep dari awal. Itu juga yang pengen kita bilang di sini. Melunasi utang budaya kita, kita kepengen bilang bahwa melawak itu nggak sepele juga, harus dengan konsep.

Pesan apa yang ada di buku ini?
Banyak banget ya kalau mau diterjemahkan. Melawak itu tidak sesepele yang orang pikir. Banyak hal yang bisa dilakukan dari melawak, termasuk mentertawakan diri sendiri. Tentang kebersamaan itu bukan sekedar slogan, tapi sudah kita buktikan.

Di sini juga ada Warta Kompas. Jadi kita memplesetkan berita SEA Games dengan apa yang kita ingat aja. Entah itu politik, musik dan sebagainya. Kita pengen menutupi Kasino yang sedang sakit dan sekaligus kita pengen bikin gebrakan waktu itu. Tidak usah muluk-muluk persatuan dulu, tentang kebersamaan dulu deh. Itu juga jadi salah satu pesan dari buku ini.

Melihat lawakan zaman sekarang?

Secara kuantitas mungkin bagus ya. Tapi secara kualitas lebih ada penurunan. Menjadi tidak cerdas. Tapi ada juga yang cerdas. Tapi saya juga pengen membela mereka. Kelihatannya juga terus ada kaitannya dengan keadaan masyarakat pada saat ini. Kayak misalnya sekarang orang melawak didorong-dorong, terus jatuh ke styrofoam. Itu kan sekarang zamannya lagi begitu.

Zaman sekarang lawakan beda nggak seperti dulu?
Saya pikir ada lawakan yang konvensional dan lawakan yang ngikutin trend. Yang konvensional tetap menjual hal-hal seperti "gendut lo" atau "botak lo". Yang kita perlukan itu hal-hal yang bisa bikin kita tertawa tanpa menyakiti. Bisa menjadi lawakan tapi tidak menyakiti perasaan orang lain.

Kembali ke buku, ada keinginan lain setelah meluncurkan buku ini?
Terus terang obsesi saya hanya buku ini. Karena mungkin ini pelaku sejarahnya masih ada. Saya sudah kehilangan tiga sahabat saya. Kalau kemudian kehilangan lagi pelaku sejarahnya, mungkin saya nggak akan bikin buku. Saya mungkin akan bikin biografi. Itu sudah private sekali. Kalau cuma biografi tapi nggaklah, memangnya saya siapa (tertawa). Tapi saya senang banget akhirnya buku ini berhasil (diselesaikan).

Dulu waktu kami masih bertiga. Suatu hari kami menghadiri peluncuran biografi. Kebetulan waktu itu yang berdoa salah satunya Cak Nun. Kata Cak Nun ada dua alasan orang bikin biografi, yang pertama adalah orangnya sudah tidak ada dan karya-karyanya perlu diketahui orang banyak. Satunya lagi orangnya masih ada, tapi mulai suram dan untuk mengangkat lagi maka dia bikin buku.

Ya bercanda atau nggak, sindiran atau bukan, terus-terang kita celingak-celinguk juga. Untung kita nggak bikin buku ya. Tapi permintaan untuk buku ini luar biasa, terutama setelah Mas Dono meninggal. Saya tetap pada pendirian bahwa saya mau bikin buku kalau pelaku sejarahnya mau. Dan baru pada tahun kemarin Rudy Badil bisa. Akhirnya alhamdulillah terlaksana.

Harapannya apa dari buku ini?
Harapannya ya buku ini bisa dibaca dan bermanfaat bagi yang membacanya.

Ada target penjualannya?
Kita mencetak 6 ribu saja, nggak terlalu banyak. Kita berharap secepatnya habis terjual.

sumber : detikhot

0 Response to "Warkop DKI Luncurkan Buku 'Main-main Jadi Bukan Main'"

Post a Comment